Kaum Nabi Nuh a.s |
Sahabat MCR yang di Rahmati ALLAH SWT, ambillah Hikmah dari mana saja yang engkau ketahui, ibarat air hujan yang turun begitulah Hikmah itu menyebar dimana saja atas kehendak ALLAH SWT, agar selalu kita ketahui nikmat yang begitu lluasnya. Dimana ada air disitu ada tumbuhan. Mari kita simak kisah hikmah dibawah ini :
Tipu Daya Kaum Nabi Nuh a.s
Mereka berupaya membinasakannya. Namun mereka gagal, bahkan Allah terlebih dahulu menyapu bersih mereka semua dengan banjir besar.
“Maka Kami selamatkan dia (Nuh a.s.) dan pengikutnya (yang beriman) di atas biduk yang sarat dengan muatan.” (Qs. 26:119).
Dalam kisah ini, terdapat isyarat seakan-akan Allah berfirman: “Abdi-Ku, jika kau ingin selamat dari cengkeraman kuku setan, dan tidak tergelincir ke lembah kemaksiatan, maka pandanglah ciptaan-Ku sebagai bukti kebenaran-Ku. Lewat telingamu kau peroleh ilmu dan hikmah. Dengan lisanmu kau ikrarkan tauhid dan syahadat. Dengan kedua kakimu, melangkah menuju shalat. Dan dengan segenap anggota badanmu, kau beribadah dan berlaku taat. Sedang dari lubuk kalbumu hendaklah kau tumpahkan segala penyesalan dan taubat. Niscaya engkau ‘kan lepas dari penjara kerugian dan derita. Engkau juga akan Ku-muliakan denegan tempat penuh damai dan selamat.”
Renungkanlah ayat ini:
“ Dan mereka telah membuat tipu daya yang besar.” (Qs. 71:22).
Mereka hendak menipu dan mengusir Nuh a.s., namun apa yang terjadi?” Ternyata Allah terlebih dahulu membalas kebiadaban mereka, bahkan mencampakkan mereka dari persada bumi.
“Maka Kami deraikan hujan sangat deras melalui pintu pintu langit. Dan dari Bumi, mataair pun Kami pancarkan” (Qs. 54:11-12).
Peristiwa tersebut mengingatkan kita kepada kejadian yang lebih dahsyat pada hari kiamat, saat Allah berseru: “Wahai Israfil, tiuplah sangkakala! Bangkitkanlah ahli kubur hari ini.....! Pada hari itu langit terbelah, bintang-bintang rontok pecah, matahari hancur, dan gunung-gunung berhamburan.
“Apabila matahari hancur, apabila bintang-bintang berhanburan, apabila gunung-gunung bertaburan”. (Qs. 81:1-3).
Nuh a.s. bertanya: “Wahai Jibril, bagaimana cara membuat perahu?” Aku tak bisa.”
“Pahatlah 124.000 lembar papan, yang bertuliskan nama-nama para Nabi.” Jawab Jibril.
“Tapi aku tidak tahu nama-nama itu......” ujar Nuh.
Maka turunlah wahyu: “Hai Nuh! Engkau memahat kayu itu, sedang Aku yang mengukirkan nama-namanya.” Lalu mulailah Nuh memahat papan-papan itu satu persatu. Setiap selesai satu papan, terukirlah nama seorang Nabi Adam a.s. papan pertama, Syits a.s. di papan kedua, Idris a.s. di papan ketiga, dan seterusnya, hingga Nabi Muhammad saw. penutup sekalian Nabi.
Selesai Nuh a.s. memahat papan-papan tersebut, ia diperintah oleh Allah membuat paku yang berukir nama Nabi.
Di kala membuat perahu itulah kaumnya yang kafir berlalulalang memperolok-olokkan dan menghina.
“Dan mulailah Nuh membuat perahu. Dan setiap kali pembesar kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya”. (Qs. 11:38).
Menurut sumber lain, pada saat Nabi Nuh a.s. memerlukan empat lembar papan lagi, datanglah Malaiakat Jibril a.s. menyampaikan wahyu bahwa Allah menyuruhnya merampungkan empat papan itu, dan Ia akan menampakkan di sana nama empat orang sahabat kekasih-Nya, Muhammad saw. Karena kedudukan mereka di sisi Allah sebanding dengan para Nabi-Nya.
Dalam kisah ini terdapat isyarat yang menunjukkan seakan-akan Allah berfirman:
“Setelah nama kekasih-Ku, Muhammad, dan empat orang sahabtnya terukir di papan itu, maka berarti engkau menyelamatkan penumpangnya dari banjir besar, sama halnya ketika telah tergores di lembaran hati seorang mukmin rasa cinta kepada Nabi (Muhammad saw.) dan para sahabtnya, sehingga Allah selamatkan (sang mukmin itu) dari azab dan sengsara."
Dalam suatu keterangan (khabar), dikatakan bahwa Abdullah bin Abbas r.a. pernah diminta keterangan : “Ajarilah kami ilmu yang dapat menyelamatkan diri dari jilatan api neraka dan dapat memasukan kami ke desa abadi (surga).” Ibnu Abbas r.a. menjawab:
“Berpegang teguhlah pada lima belas perkara berikut ini : Lima yang pertama adalah lima kalimat suci Subhanallah (Maha Suci Allah), Alhamdulillah (segala puji milik Allah). La ilaha ilallah (tiada Tuhan selain Allah) Allahuakbar (Allah Maha Besar), la hawla wa laquwwata Illabillahil ‘alliyil’azhim (Tidak ada daya upaya kecuali dengan kekuatan Allah, yang Mahaluhur lagi Mahaagung). Kalimat suci ini harus senantiasa membasahi lisanmu.
“Sedang lima macam yang kedua adalah shalat lima waktu (Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Subuh), yang wajib kamu tunaikan sebagai amaliah anggota badan.
“Dan lima hal terakhir ialah rasa cinta kepada lima manusia Utama, Nabi Muhammad saw. Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali (semoga Allah meridhai mereka). Perasaan ini harus terpatri dan berurat akan dilubuk hatimu.”
“Maka Kami selamatkan dia (Nuh a.s.) dan pengikutnya (yang beriman) di atas biduk yang sarat dengan muatan.” (Qs. 26:119).
Dalam kisah ini, terdapat isyarat seakan-akan Allah berfirman: “Abdi-Ku, jika kau ingin selamat dari cengkeraman kuku setan, dan tidak tergelincir ke lembah kemaksiatan, maka pandanglah ciptaan-Ku sebagai bukti kebenaran-Ku. Lewat telingamu kau peroleh ilmu dan hikmah. Dengan lisanmu kau ikrarkan tauhid dan syahadat. Dengan kedua kakimu, melangkah menuju shalat. Dan dengan segenap anggota badanmu, kau beribadah dan berlaku taat. Sedang dari lubuk kalbumu hendaklah kau tumpahkan segala penyesalan dan taubat. Niscaya engkau ‘kan lepas dari penjara kerugian dan derita. Engkau juga akan Ku-muliakan denegan tempat penuh damai dan selamat.”
Renungkanlah ayat ini:
“ Dan mereka telah membuat tipu daya yang besar.” (Qs. 71:22).
Mereka hendak menipu dan mengusir Nuh a.s., namun apa yang terjadi?” Ternyata Allah terlebih dahulu membalas kebiadaban mereka, bahkan mencampakkan mereka dari persada bumi.
“Maka Kami deraikan hujan sangat deras melalui pintu pintu langit. Dan dari Bumi, mataair pun Kami pancarkan” (Qs. 54:11-12).
Peristiwa tersebut mengingatkan kita kepada kejadian yang lebih dahsyat pada hari kiamat, saat Allah berseru: “Wahai Israfil, tiuplah sangkakala! Bangkitkanlah ahli kubur hari ini.....! Pada hari itu langit terbelah, bintang-bintang rontok pecah, matahari hancur, dan gunung-gunung berhamburan.
“Apabila matahari hancur, apabila bintang-bintang berhanburan, apabila gunung-gunung bertaburan”. (Qs. 81:1-3).
Sebelum banjir besar itu melanda, Jibril a.s. datang mengajari Nabi Nuh a.s. cara memahat kayu, dan menitahkan untuk membuat perahu. “Dan buatlah perahu dengan pengawasan dan wahyu-Ku, dan janganlah kamu bicarakan dengan-Ku orang-orang zalim itu.” (Qs. 11-37).
Nuh a.s. bertanya: “Wahai Jibril, bagaimana cara membuat perahu?” Aku tak bisa.”
“Pahatlah 124.000 lembar papan, yang bertuliskan nama-nama para Nabi.” Jawab Jibril.
“Tapi aku tidak tahu nama-nama itu......” ujar Nuh.
Maka turunlah wahyu: “Hai Nuh! Engkau memahat kayu itu, sedang Aku yang mengukirkan nama-namanya.” Lalu mulailah Nuh memahat papan-papan itu satu persatu. Setiap selesai satu papan, terukirlah nama seorang Nabi Adam a.s. papan pertama, Syits a.s. di papan kedua, Idris a.s. di papan ketiga, dan seterusnya, hingga Nabi Muhammad saw. penutup sekalian Nabi.
Selesai Nuh a.s. memahat papan-papan tersebut, ia diperintah oleh Allah membuat paku yang berukir nama Nabi.
Di kala membuat perahu itulah kaumnya yang kafir berlalulalang memperolok-olokkan dan menghina.
“Dan mulailah Nuh membuat perahu. Dan setiap kali pembesar kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya”. (Qs. 11:38).
Menurut sumber lain, pada saat Nabi Nuh a.s. memerlukan empat lembar papan lagi, datanglah Malaiakat Jibril a.s. menyampaikan wahyu bahwa Allah menyuruhnya merampungkan empat papan itu, dan Ia akan menampakkan di sana nama empat orang sahabat kekasih-Nya, Muhammad saw. Karena kedudukan mereka di sisi Allah sebanding dengan para Nabi-Nya.
Dalam kisah ini terdapat isyarat yang menunjukkan seakan-akan Allah berfirman:
“Setelah nama kekasih-Ku, Muhammad, dan empat orang sahabtnya terukir di papan itu, maka berarti engkau menyelamatkan penumpangnya dari banjir besar, sama halnya ketika telah tergores di lembaran hati seorang mukmin rasa cinta kepada Nabi (Muhammad saw.) dan para sahabtnya, sehingga Allah selamatkan (sang mukmin itu) dari azab dan sengsara."
Dalam suatu keterangan (khabar), dikatakan bahwa Abdullah bin Abbas r.a. pernah diminta keterangan : “Ajarilah kami ilmu yang dapat menyelamatkan diri dari jilatan api neraka dan dapat memasukan kami ke desa abadi (surga).” Ibnu Abbas r.a. menjawab:
“Berpegang teguhlah pada lima belas perkara berikut ini : Lima yang pertama adalah lima kalimat suci Subhanallah (Maha Suci Allah), Alhamdulillah (segala puji milik Allah). La ilaha ilallah (tiada Tuhan selain Allah) Allahuakbar (Allah Maha Besar), la hawla wa laquwwata Illabillahil ‘alliyil’azhim (Tidak ada daya upaya kecuali dengan kekuatan Allah, yang Mahaluhur lagi Mahaagung). Kalimat suci ini harus senantiasa membasahi lisanmu.
“Sedang lima macam yang kedua adalah shalat lima waktu (Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Subuh), yang wajib kamu tunaikan sebagai amaliah anggota badan.
“Dan lima hal terakhir ialah rasa cinta kepada lima manusia Utama, Nabi Muhammad saw. Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali (semoga Allah meridhai mereka). Perasaan ini harus terpatri dan berurat akan dilubuk hatimu.”
Alhamdulillah, kiranya itu saja yang dapat MCR sampaikan, untuk Mengambil Hikmah Dari Kaum Nabi Nuh a.s, minta maaf minta ridho.
Wassalamualaikum wr wb.